bagaimanakah prosesi dari tradisi lisan kentrung?
IPS
ratnaa117
Pertanyaan
bagaimanakah prosesi dari tradisi lisan kentrung?
1 Jawaban
-
1. Jawaban jeliyailhanaputri
Kentrung merupakan kesenian tradisional sastra lisan yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol. Simbol digambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, juga tentang politik, ekonomi, idiologi, sosial, budaya dan keamanan.
Dalang Kentrung Panji kelana Sidoarjo, Ki Subiyantoro di ruang kerjanya mengatakan, komunikasi yang disampaikan merupakan ungkapan melalui kritik dan pesan moral dikemas halus dengan bahasa kentrung.
Menurut dia, kentrung merupakan sastra lisan atau teater lisan yang diwariskan dalam bentuk lisan di lingkungan masyarakat. Pertunjukan Kentrung dimainkan oleh dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggunakan wayang. Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain seperti jidor, terbang, templeng dan gong.
Kentrung ini lahir pada masa kemerdekaan Indonesia, dalam masanya merupakan seni yang mendidik dengan menggunakan cerita. Seni tutur yang sering tampil “lesehan” tersebut digunakan sebagai media penyambung lingkar sejarah rakyat khususnya Islam yang berkembang di Jawa.
Kesederhanaan tampilan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan dialek daerah yang mudah dimengerti sehingga ceritanya mudah diterima masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah.
Pengertian kata kentrung dibedakan menjadi dua yakni berdasarkan penyingkatan dua kata dan bunyi yang dikeluarkan oleh instrumen. Ada yang mengatakan bahwa perkataan Kentrung berasal dari kata Ngre’ken (menghitung) dan Ngantung (berangan-angan). Maksudnya mengatur jalannya dengan berangan-angan. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata Kluntrang-Kluntrung yang artinya pergi dan mengembara kesana kemari.
Dari dua pengertian yang lebih mendekati cocok adalah pengertian didasarkan bunyi instrumen musik kentrung, berwujud rebana/terbang yang berbunyi trung. Mengenai pengertian kentrung bisa bermacam-macam tergantung dari penafsiran dalangnya.
Sepanjang pementa-sanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani oleh penyenggak. Personel memegang instrumen jidor, ketipung/kempling/timplung, dan kendang (Agasta: Minggu, 22 April 2007).
Kentrung pada zaman dulu pemainnya hanya duduk mendengarkan ki dalang berceritera dan terkadang pemain lainnya nembang, parikan dan berpantun. Dalam perkembangannya pemain kentrung sudah bisa berekspresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.
Kentrung saat ini banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di de-rah pesisir timur selatan. Selain itu, juga terdapat di sentra daerah, misalnya Surabaya, Jember, Pasuruan, Bojonegoro, Lamongan, Nganjuk dan Jombang.
Kentrung sering dimanfaatkan masyarakat dalam hajatan dan pesta. Misalnya khitanan, perkawinan, tingkepan, boyongan rumah, ulang tahun istansi. Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialok interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah tertentu.
Kentrung juga sering digunakan acara yang bernuansa religius dengan cerita tentang Nabi Muhammad, Nabi Musa, dan Nabi Yusuf, zaman Walisongo dan Mataram Islam (Babad Tanah Jawa). Kisah lainnya tentang Syeh Subakir, Ahmad Muhamad, Kiai Dullah, Amir Magang, Sabar-subur, Marmaya Marmadi Ngentrung, Ajisoko dan cerita panji.
Selain itu mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengupas berbagai topik seperti purwaning dumadi, keutaman, kasampurnan urip, dan sangkan paraning dumadi (Agasta: Minggu, 22 April 2007).