IPS

Pertanyaan

bagaimanakah prosesi dari tradisi lisan kentrung?

1 Jawaban

  • Kentrung merupakan kesenian tradisional sastra lisan yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol. Simbol di­gambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, juga tentang po­litik, ekonomi, idiologi, sosi­al, budaya dan keamanan.

    Dalang Kentrung Panji kelana Sidoarjo, Ki Subiyantoro di ruang kerjanya mengata­kan, komunikasi yang disampaikan merupakan ung­kapan melalui kritik dan pe­san moral dikemas halus de­ngan bahasa kentrung.

    Menurut dia, kentrung merupakan sastra lisan atau teater lisan yang diwariskan dalam bentuk lisan di lingku­ngan masyarakat. Pertunjuk­an Kentrung dimainkan oleh dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggu­nakan wayang. Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain se­perti jidor, terbang, templeng dan gong.

    Kentrung ini lahir pada masa kemerdekaan Indone­sia, dalam masanya merupa­kan seni yang mendidik de­ngan menggunakan cerita. Seni tutur yang sering tampil “lesehan” tersebut digunakan sebagai media penyambung lingkar sejarah rakyat khu­susnya Islam yang berkem­bang di Jawa.

    Kesederhanaan tampilan dengan menggunakan baha­sa Indonesia dan dialek da­erah yang mudah dimengerti sehingga ceritanya mudah di­terima masyarakat, khusus­nya masyarakat menengah ke bawah.

    Pengertian kata kentrung dibedakan menjadi dua yak­ni berdasarkan penyingkatan dua kata dan bunyi yang di­keluarkan oleh instrumen. Ada yang mengatakan bah­wa perkataan Kentrung bera­sal dari kata Ngre’ken (meng­hitung) dan Ngantung (ber­angan-angan). Maksudnya mengatur jalannya dengan berangan-angan. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata Kluntrang-Kluntrung yang artinya pergi dan me­ngembara kesana kemari.

    Dari dua pengertian yang lebih mendekati cocok ada­lah pengertian didasarkan bunyi instrumen musik ken­trung, berwujud rebana/ter­bang yang berbunyi trung. Mengenai pengertian ken­trung bisa bermacam-ma­cam tergantung dari penafsi­ran dalangnya.

    Sepanjang pementa-sanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani oleh penyenggak. Personel me­megang instrumen jidor, ketipung/kempling/timplung, dan kendang (Agasta: Minggu, 22 April 2007).

    Kentrung pada zaman du­lu pemainnya hanya duduk mendengarkan ki dalang berceritera dan terkadang pe­main lainnya nembang, pa­rikan dan berpantun. Dalam perkembangannya pemain kentrung sudah bisa berek­spresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.

    Kentrung saat ini banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di de-rah pesisir timur selatan. Se­lain itu, juga terdapat di sen­tra daerah, misalnya Suraba­ya, Jember, Pasuruan, Bojo­negoro, Lamongan, Nganjuk dan Jombang.

    Kentrung sering dimanfa­atkan masyarakat dalam ha­jatan dan pesta. Misalnya khitanan, perkawinan, tingkepan, boyongan rumah, ulang tahun istansi. Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialok interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah tertentu.

    Kentrung juga sering di­gunakan acara yang bernu­ansa religius dengan cerita tentang Nabi Muhammad, Nabi Musa, dan Nabi Yusuf, zaman Walisongo dan Ma­taram Islam (Babad Tanah Jawa). Kisah lainnya tentang Syeh Subakir, Ahmad Muhamad, Kiai Dullah, Amir Ma­gang, Sabar-subur, Marmaya Marmadi Ngentrung, Ajisoko dan cerita panji.

    Selain itu mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengu­pas berbagai topik seperti purwaning dumadi, keutaman, kasampurnan urip, dan sangkan paraning dumadi (Agasta: Minggu, 22 April 2007).

Pertanyaan Lainnya